Dik... kemarin aku ciptakan sebuah sajak untukmu. Sebuah sajak cinta yang telah lama terpendam di dalam hati dan pikiranku. Yang isinya bercerita tentang kegundahan, kegalauan, kerinduan yang menggebu-gebu padamu.
Dik...kemarin aku sudah ucapkan sebuah kata cinta padamu. Tatkala kita duduk di sebuah halte sambil menunggu angkot senja yang membawa kita pulang menuju rumah kita masing-masing. Aku curahkan isi hatiku padamu sampai kering di dalamnya
Dik...kemarin aku belum puas memandangi wajahmu. Menatapmu adalah siksa jika tak sampai memilikimu.
Dik...sekarang yang tergambar dalam pikirku di mana dirimu. Di mana aku dan kamu terpisah jauh. terpisah oleh budaya dan adat yang berbeda. Terpisah oleh tatanan masyarakat yang kuat. Terpisah oleh sikap dan prilaku yang sangat berbeda.
Dik.... merindukanmu adalah siksa
kerinduan ini makin menyayat hati
kerinduan ini menumpahkan air garam pada luka
kerinduan ini memberikan pukulan berat pada dada
Dik....
Faisal Anwar; Tanah Bumbu, 13 Januari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar