Rabu, 17 Februari 2010

Ternyata Inur Namamu (Sajak seorang preman kepada kekasihnya yang seorang gadis pondok pesantren)

Ternyata Inur namamu......
Masih ingatkah kau dengan pertemuan kita di senja itu sambil menantikan angkot senja yang membawa kita menuju ke tempat tujuan masing-masing. Maih ingatkah kau ketika kita berdiam diri saja sembari ditemani suara hujan gerimis yang menghibur kita pada senja itu. Aku masih mengingat itu.

Ternyata Inur namamu....
Sekian lama aku memendam sebuah tanda tanya. Siapa kah gerangan dirimu, wahai gadis berjilbab yang menunggu angkot senja bersamaku dulu. Sering kali ku teringat akan wajahmu. Ya, hanya mengingat wajahmu saja. Pikiran ini telah dibuyarkan oleh wajahmu. Ke mana pun aku memalingkan muka, bayang wajahmu mengikutiku.

Ternyata Inur namamu.....
Kucari dan kucari setiap hari keberadaanmu. Namun, kau sangat misterius. Menghilangkan jejak di tengah keramaian. Menampakkan diri di kesunyian.

Ternyata Inur namamu....
Ingin kuucapkan tiga kata saat ini. Namun ku takut. Wajahmu membunuh keberanianku. Senyummu membunuh perasaanku. Takut membendung hasratku. Kecemasan belenggu hatiku. Ingin berontak, tapi tak mampu.

Ternyata Inur namamu....
Ingin terus kuucapkan tiga kata saat ini juga.
Tiga kata yang membuat orang berbunga-bunga. Tiga kata yang membuat orang melayang di awan dibawanya. Tiga kata yang membuat orang luluh karenanya. Tiga kata yang membuat orang mampu berada di puncak dunia. Tiga kata yang membuat orang mabuk dibuatnya

Namun, ku tak mampu
Sampai detik ini ku tak mampu

Aku kehilangan keberanian
Aku kehilangan kekuatan

Ternyata Inur namamu...
Saat kujabat tanganmu. Aku tak mampu mengucapkannya...



Faisal Anwar
Tanah Bumbu, 21 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar